Islam dan Rasionalitas (1)
Sering kali agama dianggap berseberangan dengan rasionalitas: agama berbicara tentang iman, sementara akal berbicara tentang logika. Pandangan ini lahir dari dikotomi yang terlalu sederhana. Dalam Islam, akal justru menempati kedudukan yang sangat tinggi. Ia adalah anugerah Ilahi untuk memahami wahyu, membedakan antara benar dan salah, serta menuntun manusia menuju kesempurnaan.
Al-Qur’an berulang kali mengajak manusia untuk menggunakan akalnya melalui istilah tafakkur (merenung mendalam), ta‘aqqul (berakal), tadabbur (menelaah), dan tadzakkur (mengambil pelajaran). Kata tafakkur dan derivasinya muncul 18 kali dalam Al-Qur’an. Kata ta‘aqqul dan derivasinya muncul 49 kali. Kata tadabbur muncul 4 kali. Dan kata tadzakkur muncul 39 kali.
Dalam al-Quran surah Ali ‘Imran ayat 191 menggambarkan orang beriman yang senantiasa mengingat Allah dalam segala keadaan (berdiri, duduk, berbaring) dan merenungkan ciptaan-Nya. Allah Swt berfirman:
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.’”
Tafakkur di sini berarti merenung secara mendalam atas tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta sehingga melahirkan kesadaran bahwa ciptaan-Nya tidak sia-sia. Hasil dari tafakkur adalah tumbuhnya iman, rasa syukur, dan doa agar dijauhkan dari neraka.
Al-Quran mengecam Bani Israil yang menyuruh orang lain berbuat baik, tetapi melupakan diri mereka sendiri. Allah menegur dengan pertanyaan retoris: “Apakah kalian tidak berakal?” Dalam surah al-Baqarah ayat 44 diungkapkan:
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Kitab (Taurat)? Tidakkah kamu mengerti?”
Bersambung...

