Tingkatan Jiwa
Dalam khazanah intelektual Islam, baik dalam tradisi irfan (tasawuf filosofis) maupun filsafat, persoalan jiwa (al-nafs) merupakan tema sentral yang mendapat perhatian mendalam. Jiwa dipandang sebagai wadah bagi perjalanan spiritual (sair wa suluk) menuju Allah, dan sekaligus sebagai medan dialektis bagi pencapaian kesempurnaan insani.
Berbeda dengan perjalanan material yang menuntut perpindahan ruang, perjalanan spiritual berlangsung dalam dimensi batin manusia itu sendiri. Salik (pejalan spiritual) tidak bergerak meninggalkan dirinya, melainkan bergerak melintasi tingkatan-tingkatan jiwanya, dari derajat paling rendah menuju derajat paling tinggi. Dengan demikian, jalan, tujuan, sekaligus pejalan itu sendiri berada dalam satu entitas: jiwa manusia.
Karena itu, para arif, para filsuf, bahkan al-Qur’an menggunakan terminologi yang beragam untuk menjelaskan tingkatan-tingkatan jiwa. Perbedaan istilah tersebut mencerminkan perbedaan metodologi, tetapi secara substansial sama-sama bertujuan memetakan titik awal perjalanan jiwa dan maqam akhir yang hendak dicapai.

