Sekolah Batin: Jalan Menuju Kebahagiaan Sejati (2)
Hal ini sangat ditekankan dalam ajaran tasawuf dan filsafat Islam, di mana penyucian jiwa merupakan syarat untuk memperoleh ilmu hakiki. Mulla Sadra, misalnya, menegaskan bahwa pengetahuan sejati hanya dapat dicapai melalui kesucian jiwa, bukan sekadar penumpukan konsep-konsep rasional.
Sekolah batin bukanlah ruang kosong. Ia memiliki guru-guru yang membimbing manusia dalam menapaki jalan kesempurnaan, yaitu:
Allah Swt sebagai guru utama:
عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
“yang mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq: 5)
Para Nabi dan Imam sebagai guru perantara:
يُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ
“yang mengajarkan mereka kitab dan hikmah.” (QS. Al-Baqarah: 129)
Dengan bimbingan ini, sekolah batin menuntun manusia menuju tingkat spiritual yang lebih tinggi, bahkan menjadikannya sahabat malaikat.
Pendidikan lahiriah menyiapkan manusia untuk hidup bermasyarakat, tetapi pendidikan batiniah menyiapkannya untuk hidup bersama Allah. Kebahagiaan sejati dalam perspektif Islam tidak hanya terletak pada capaian duniawi, tetapi terutama pada keterhubungan batin dengan Yang Mahamutlak.
Oleh karena itu, sekolah batin dapat disebut sebagai jalan utama kebahagiaan. Melalui latihan spiritual yang konsisten, manusia dapat membangun integritas moral, mencapai kedekatan dengan Allah, serta menemukan makna terdalam dari eksistensinya.
Sekolah batin adalah dimensi pendidikan yang menekankan pengendalian diri, penyucian jiwa, dan keterhubungan dengan Allah sebagai guru utama. Ia bukan pengganti sekolah lahiriah, melainkan penyempurnanya. Melalui jalan ini, manusia bukan hanya menjadi makhluk berilmu, tetapi juga makhluk yang arif, bijaksana, dan berbahagia secara hakiki.

