Sya‘ir dan Hinthah: Simbol Kesetaraan
Menarik bahwa Imam Ja‘far Ash-Shadiq as memilih untuk mencampur dua jenis gandum: sya‘ir (gandum rendah, sering digunakan untuk pakan hewan) dan hinthah (gandum halus berkualitas tinggi untuk roti). Pilihan ini bukan sekadar soal nutrisi, tetapi simbol bahwa dalam kehidupan sosial, yang tinggi dan rendah, yang kaya dan miskin, harus berpadu dalam satu meja kemanusiaan.
Beliau ingin agar keluarganya tidak merasakan kenyamanan yang tidak dirasakan masyarakat. Dengan memakan makanan yang sama dengan orang-orang biasa, beliau menghapus jurang pemisah antara rumahnya dan rumah rakyat kecil.
Inilah hakikat keimanan yang membumi — iman yang tidak terkurung di ruang doa, tetapi hadir di meja makan, di pasar, dan di setiap keputusan ekonomi sehari-hari.

