Tauhid dalam Tindakan Menurut Imam Ja‘far Ash-Shadiq as
Ajaran Imam Ja‘far Ash-Shadiq as menegaskan bahwa tauhid tidak berhenti pada pengakuan bahwa “tiada Tuhan selain Allah”. Tauhid sejati adalah kesatuan antara keyakinan dan tindakan. Ketika seseorang menyadari bahwa rezeki berasal dari Allah, ia tidak akan takut kehilangan. Ia tidak akan menimbun, karena ia percaya bahwa keberkahan datang dari berbagi, bukan dari menutup diri.
Sebaliknya, syirik sosial muncul ketika manusia menggantungkan keamanan pada harta dan persediaan, bukan pada Allah. Maka, tindakan Imam as menjual persediaannya bukan sekadar kedermawanan, melainkan deklarasi tauhid yang hidup: bahwa Allah-lah pengatur rezeki, bukan manusia.
Kisah ini adalah potret kecil dari kebesaran jiwa para Imam Ahlulbait as. Dari Madinah yang dilanda krisis, mereka mengajarkan kepada dunia bahwa keadilan sosial berawal dari rumah, dari sikap terhadap sesama, dari sepotong roti yang kita bagi.
Dalam dunia yang hari ini diwarnai kesenjangan ekstrem, kisah Imam Ja‘far Ash-Shadiq as bukan hanya sejarah, tetapi seruan moral: bahwa seorang mukmin sejati tidak menunggu kemakmuran untuk berbagi, tetapi berbagi justru agar kemakmuran menjadi nyata.

