Dimensi Kehidupan Sayyidah Fatimah s.a Dalam Perspektif Psikososial (1)
Dalam dunia modern, manusia menghadapi tekanan mental dan sosial yang semakin kompleks mulai dari stres kerja, kelelahan emosional, konflik keluarga, hingga ketidakstabilan ekonomi. Kondisi ini membuat banyak orang mencari panduan untuk menjaga kesejahteraan jiwa secara menyeluruh. Salah satu pendekatan yang banyak digunakan dalam psikologi kontemporer adalah pendekatan psikososial, yaitu cara memahami manusia melalui dua dimensi sekaligus: psikologi (emosi, pikiran, perilaku) dan sosial (lingkungan keluarga, pertemanan, masyarakat, budaya, dan kondisi sekitar). Pendekatan ini membantu menjelaskan bahwa masalah manusia tidak hanya berasal dari dirinya sendiri, tetapi juga dari lingkungan yang mempengaruhinya.
Faktor psikologis meliputi emosi seperti stres, takut, atau gembira serta kepribadian, harga diri, cara berfikir, dan daya tahan atau resilience. Sementara faktor sosial mencakup dukungan keluarga, hubungan dengan teman, lingkungan kerja atau sekolah, hingga kondisi ekonomi. Ketika kedua faktor ini bertemu, terbentuklah kesejahteraan atau sebaliknya: tekanan psikososial. Maka, intervensi psikososial bertujuan memberikan dukungan yang mampu meningkatkan kondisi emosional, perilaku, dan hubungan sosial seseorang secara utuh.
Dalam tradisi Islam, konsep psikososial sebenarnya telah lama dicontohkan melalui hubungan-hubungan mulia para tokoh suci, terutama Nabi Muhammad saw, Sayyidah Fatimah as, dan Imam Ali as. Teladan mereka menunjukkan bagaimana dukungan emosional dan sosial mampu membentuk pribadi yang kuat, stabil, dan resilien menghadapi berbagai tekanan kehidupan.
Salah satu wujud intervensi psikososial yang paling nyata adalah dukungan emosional Nabi Muhammad saw kepada putrinya, Fatimah as. Setiap kali Sayyidah Fatimah menghadapi kesedihan atau tekanan, Rasulullah saw memberikan pelukan, kata-kata menenangkan, serta rasa keyakinan bahwa ia dicintai dan dihargai. Ini adalah bentuk emotional support yang dalam psikologi modern dikenal sebagai attachment reassurance, yaitu memberikan rasa aman dan keterhubungan emosional. Hubungan ayah–anak yang sangat kuat ini membangun secure attachment, yang kemudian memperkukuh ketahanan emosi, meningkatkan rasa percaya diri, serta menumbuhkan konsep diri yang positif. Dukungan emosional semacam ini menjadi fondasi penting bagi kesehatan mental seseorang sepanjang hidupnya.
Selain dukungan emosional dari sang ayah, Sayyidah Fatimah juga mendapatkan dukungan sosial yang besar dari suaminya, Imam Ali as. Rumah tangga mereka adalah contoh role sharing atau pembagian peran yang sehat. Imam Ali tak segan membantu pekerjaan rumah dan menjadi sumber ketenangan ketika istrinya lelah. Rasulullah saw sendiri menganjurkan pembagian kerja antara keduanya Fatimah mengurus pekerjaan rumah, sementara Ali mengurus pekerjaan di luar rumah. Pola ini mengurangi tekanan peran (role strain) dan menciptakan suasana keluarga yang suportif. Dukungan sosial dari pasangan, sebagaimana ditunjukkan oleh Imam Ali, merupakan faktor penting dalam mencegah stres, meningkatkan stabilitas hubungan, dan memperkuat ketahanan emosional seseorang.
Bersambung...

