Pidato-pidato Sayyidah Fatimah sa Menghidupkan Nurani Umat
Muthahhari memberikan perhatian besar pada Khutbah Fadakiyah, pidato agung yang disampaikan Sayidah Fatimah di Masjid Nabawi. Dalam pidato itu, Sayidah Fatimah menampilkan kapasitas luar biasa sebagai seorang pemikir, ahli fiqih, dan penjaga kesadaran sosial. Ia memulai pidatonya dengan ayat-ayat Al-Qur’an, lalu membangun argumentasi politik dan teologis yang sangat kuat.
Menurut Muthahhari, pidato itu tidak dimaksudkan untuk memulihkan hak pribadi—karena Fatimah adalah simbol kerelaan dan kesederhanaan. Pidato itu adalah peringatan politik terbuka bahwa arah pemerintahan telah berbelok dari prinsip-prinsip Nabi.
Sayidah Fatimah menjelaskan:
1. Posisi Ahlulbait sebagai pewaris risalah,
2. Kewajiban umat menjaga amanat Nabi di Ghadir,
3. Bahaya kekuasaan tanpa legitimasi Ilahi,
4. Dan pentingnya keadilan sebagai fondasi kepemimpinan.
Muthahhari menulis: “Pidatonya bukanlah keluhan tentang harta. Itu adalah manifesto keadilan.”
Dengan kata lain, pidato itu adalah deklarasi ideologis. Ia menempatkan kembali Ahlulbait sebagai pusat otoritas agama, bukan dekorasi sejarah.

