Langit Biru yang Terbelah
Segerombol burung merpati putih menerjang,
menembus biru langit yang terbelah.
Hari ini sang bidadari tanpa sayap tiba di tengah Arab
sorak makhluk langit tak terelakkan.
Langit terbentang biru; ibunda berkabung kelabu.
Dengan harap dan cemas yang melilit telapak,
ia melangkah, memberitahukan: sebentar lagi sang bidadari hadir.
Namun wanita-Quraish berjiwa buta.
Tak ada sambut, tak ada kerumun;
Khadijah menunduk kelabu, hati remuk.
Lalu Tuhan menghibur: doa wanita agung.
Jawaban Ilahi melebihi sukacita; tangan-Nya lembut menyambut.
Percikan surga turun di tanah Arab yang gersang,
di kala tanah itu sering basah oleh darah.
Putri Rasul hadir memutus kebiadaban.
kaki mungilnya berlari kecil di rumah Khadijah.
Oh, pelara hati Rasul, sang ayah yang Agung
Oh, rumah tempat Ali kembali dari peperangan;
Oh, Ibunda Hasan dan Husein, pemimpin pemuda surga,
Oh, penopang harap umat..
Langit terhampar luas bak harapan umat
namun hanya sediki dari mereka menepati janji sang Ayah
Hidupnya dipenuhi dengan pengorbanan, tebentuk oleh perjuangan
Bidadari sayapnya patah, namun tetap terbang ke langit surga
Oh Sayidah Fatimah az-Zahra, manusia bidadari,
hari agung ini biarkan kami melantunkan syair;
shalawat dan salam terlantun tanpa henti,
berharap secercah syafaat kelak untuk kami.
Sekali lagi burung merpati terbang menyeruak ke atas,
dari bumbung emas ke makam yang tersembunyi.

