Agama & Aliran
Kerajaan Saudi dan Awal Mula Gerakan Ajaran Wahabi
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Rezvan Raka
- Sumber:
- muslimmenjawab
Keterangan di atas menunjukkan bagaimana Muhammad bin Abdul Wahhab diberi kebebasan untuk mendakwahkan ajarannya disana oleh Muhammad bin Saud. Dan Muhammad bin Saud memberikan dua syarat padanya yaitu agar penggagas Wahabi itu tidak berkhianat padanya dan tidak mencampuri urusan atau hukum yang ditetapkan oleh pendiri kerajaan Saud itu di kota Diriyah. Muhammad bin Abdul Wahhab menjawab persyaratan tersebut dengan memberikan baiat dan mendoakan Muhammad bin Saud dengan kelimpahan harta rampasan yang lebih baik.
Takut Mendapat Perintah Pembunuhan, Sulaiman bin Abdul Wahab Pindah Ke Madinah untuk Tetap Dapat Menasehati Saudaranya Muhammad bin Abdul Wahab
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Muhammad Alfadani
- Sumber:
- muslimmenjawab
“Ketika perselisihan antara Sulaiman dan saudaranya Muhammad berlarut-larut untuk waktu yang lama, Sulaiman terpaksa pindah ke Madinah karena takut saudaranya akan mengeluarkan perintah pembunuhannya. Kemudian ia mengirim surat untuk membantah pendapatnya, namun dia tidak mengindahkan hal tersebut. Banyak juga cendekiawan Hanbali dan non-Hanbali yang menulis dan mengirim surat kepadanya, tetapi ia tidak bergeming sama sekali.”
Menerawang Kesesatan Muhammad bin Abdul Wahhab dari Kacamata Guru-gurunya
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Damar Perdana
- Sumber:
- muslimmenjawab
Tak berhenti di situ, bahkan sekelompok dari guru-gurnya, menuturkan kalau Abdul Wahhab adalah orang yang bakal tersesat. Pernyataan ini dapat kita baca di dalam kitab seorang mufti dari Makkah yang dikenal juga dengan sebutan Syekh Islam, Zaini Dahlan.
Mendakwahkan Ajarannya, Muhammad bin Abdul Wahhab Diusir dari Bashrah
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Rezvan Raka
- Sumber:
- muslimmenjawab
Dari catatan di atas kita bisa melihat bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab ketika di Bashrah mencoba untuk mendakwahkan ajarannya. Dibungkus dengan kembali pada tauhid yang hakiki ia mempromosikan ajarannya tersebut dikalangan orang-orang dan para pemimpin di Bashrah. Namun yang terjadi mereka menolaknya sampai mengusirnya dari Bashrah.
Ibnu Hajar Al-Haitami: Ibnu Taimiyah Pelaku Bidah, Sesat Menyesatkan, Bodoh, Ghuluw dan Perkataannya tidak Berbobot
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Muhammad Alfadani
- Sumber:
- muslimmenjawab
Kesimpulannya, perkataannya tidak memiliki bobot. Dan ia (Ibnu Hajar) meyakini bahwa dia (Ibnu Taimiyah) merupakan seorang pelaku bidah, sesat menyesatkan, bodoh dan ghuluw. Semoga Alllah memberlakukan keadilannya kepadanya dan menjauhkan kita dari jalan, akidah serta perbuatannya. Amin.
Syekh Yusuf ad-Duja’i: Ibnu Taimiyah Menentang Akal dan Riwayat!
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Damar Perdana
- Sumber:
- muslimmenjawab
Masih berkutat di dalam mengenal sosok Ibnu Taimiyah, di tulisan ini, penulis hendak menunjukkan Ibnu Taimiyah dari ulama lain. Sebut saja Syekh Yusuf ad-Dujai. Salah seorang ulama Sunni sekaligus dosen di Universitas al-Azhar, Mesir.
Ibnu Taimiyah dalam Kitab Ad-Durarul Kaminah Milik Ibnu Hajar Asqalani
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Rezvan Raka
- Sumber:
- muslimmenjawab
Sekaitan dengan pandangan terakhir diatas yang menyebut Ibnu Taimiyah sebagai seorang munafik karena perkataannya yang buruk terhadap Ali bin Abi Thalib, sebagaimana telah dijelaskan, hal itu sesuai dengan perkataan Nabi Saw kepada Ali bin Abi Thalib yang mengatakan bahwa tidak ada yang membencimu kecuali seorang munafik. Riwayat tersebut bisa kita lihat dalam kitab Musnad Al-Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal.
Muhammad bin Muhammad al-Ala al-Bukhari al-Hanafi: Ibnu Taimiyah Pelaku Bidah dan Kafir
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Muhammad Alfadani
- Sumber:
- muslimmenjawab
Pernyataan ini sebenarnya ditujukan untuk menunjukkan ketidak layakan Ibnu Taimiyah dalam mengemban gelar tersebut. Karena ia telah melakukan berbagai kesalahan dan bidah dalam banyak pendapatnya.
Ibnu Taimiyah dalam Pandangan Abu Bakar Al-Hishni
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Rezvan Raka
- Sumber:
- muslimmenjawab
Ungkapan diatas menjelaskan bahwa Abu Bakar Al-Hishni menyebut Ibnu Taimiyah sebagai seorang pembid’ah dan menyebut setan sebagai imamnya, karena apa yang dilakukan oleh Ibnu Taimiyah persis sama dengan apa yang dilakukan Syetan terhadap Bani Adam, yaitu menyesatkan mereka dengan kata-kata tipuan dan membungkusnya dengan sedemikian rupa sehingga terlihat indah.
Akar Pemikiran Wahabi pada Ibnu Taimiyah (Tajsim)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Muhammad Saleh
- Sumber:
- muslimmenjawab
Dengan demikian, menjadi jelas bahwa Ibnu Taimiyah memiliki pandangan akidah berupa Tajsim yang mana hal tersebut masih berkembang dan ada hingga saat ini, seperti yang kita ketahui sama dengan pemikiran Wahabi yang insyaAllah kedepannya akan dibahas secara lebih khusus.
Akar Pemikiran Wahabi pada Ibnu Taymiyah
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Rezvan Raka
- Sumber:
- muslimmenjawab
Pemikiran pemurtadan atau pengkafiran kelompok lain seperti ini juga ada dalam pandangan Muhammad bin Abdul Wahhab. Hal ini pernah dibahas di tulisan sebelumnya dimana ulama yang sezaman dengannya menceritakan bahwa pemimpin kelompok Wahabi ini mengkafirkan siapa saja yang berbeda dengannya bahkan menghalalkan darahnya dan ia hanya memperhatikan perkataan Ibnu Taymiyah atau muridnya Ibnul Qayyim.
Akar Pemikiran Wahabi pada Al-Barbahari
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Muhammad Saleh
- Sumber:
- muslimmenjawab
Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa fenomena pemikiran Wahabi yang ada sekarang ini bukanlah hal yang baru, melainkan terdapat para pendahulunya seperti yang telah disebutkan di atas yang memiliki kemiripan dalam pemikiran, sikap dan tindakannya, sehingga dengan ini terbukti bahwa gerakan serupa telah terjadi jauh sebelum kemunculan Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahhab yang menjadi tokoh penting dalam fenomena Wahabi yang ada saat ini.
Akar Pemikiran Wahabi pada Ibnu Batthah
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Rezvan Raka
- Sumber:
- muslimmenjawab
Keterangan di atas menjelaskan bahwa Ibnu Batthah mengkategorikan perjalanan untuk ziarah kubur para nabi atau orang-orang shaleh sebagai perjalanan maksiat, dan hal itu menurutnya sebagai perjalanan yang dilarang. Jika perjalanannya saja dilarang dan termasuk maksiat, lalu bagaimana dengan ziarahnya itu sendiri? Pemikiran seperti ini mungkin serupa dengan pemikiran kelompok Wahabi yang dikenal juga sebagai kelompok yang anti dengan ziarah kubur.
Akar Pemikiran Wahabi di Dalam Kitab Ulama Asal Kuwait
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Damar Perdana
- Sumber:
- muslimmenjawab
Pernyataan di atas memberikan penjelasan kepada kita, bahwa Ibnu Taimiyah, jauh sebelum keberadaan Muhammad bin Abdul Wahhab telah melakukan hal tersebut, melarang masyarakat untuk ziarah kubur, terlebih menziarahi kuburan keluarga Nabi Kaw.
Akar Pemikiran Wahabi pada Hajjaj bin Yusuf
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Rezvan Raka
- Sumber:
- muslimmenjawab
Sejalan dengan pemikiran Hajjaj, maka tak heran Muhammad bin Abdul Wahhab yang merupakan pemerkrasa dari kelompok Wahabi, ketika berbicara tentang Nabi Saw, ia mengatakan bahwa Nabi tuli. Bahkan sebagian pengikutnya mengatakan bahwa sebuah tongkat lebih bermanfaat daripada Nabi Muhammad, karena tongkat bisa dimanfaatkan untuk membunuh hewan seperti ular, sedangkan Nabi telah mati dan tidak ada manfaat darinya, sehingga ia dikatakan tuli oleh mereka. Hal ini seperti yang tertulis dalam kitab Ad-Durarus Saniyyah fi Ar-Rad ‘alal Wahabiyyah milik Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan.
Akar Pemikiran Wahabi dalam Riwayat Marwan
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Muhammad Saleh
- Sumber:
- muslimmenjawab
Namun kemudian Abu Ayyub menjawabnya bahwa yang ia ziarahi itu adalah Nabi Saw bukan tumpukan batu, dan ia juga menukil perkataan Nabi Saw yang menurut hemat penulis ditujukan sebagai bentuk protes kepada Marwan karena tidak ahli atau memahami agama dengan baik.
Nidzahl bin Abdullah: Wahabi adalah Kelompok Ahli Bid’ah
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Damar Perdana
- Sumber:
- muslimmenjawab
“Adapun (kelompok Wahabi) adalah tukang bid’ah dari kelompok Khaswiyyah, telah muncul isyarat di dalam ucapan Nabi Saw. tentang sifat-sifat mereka (Wahabi) dan penjelasan kedudukan mereka, bahwa mereka adalah khawarij umat terdahulu maupun umat berikutnya.” Pandangan di atas semakin memantapkan keyakinan kita tentang kelompok Wahabi, yang jauh dari ajaran Islam yang sebenarnya. Wallahu a’lam bi shawab.
Jamil Sidqi Al-Zahawi: Muhammad bin Abdul Wahhab Dakwahkan Akidahnya yang Menyimpang di Najd
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Muhammad Saleh
- Sumber:
- muslimmenjawab
“Dan ia (Muhammad bin Abdul Wahhab) menyuruh orang yang telah menunaikan haji sebelum mengikutinya, untuk melakukan haji kedua kalinya, sambil berkata: ‘Sesungguhnya hajimu yang pertama tidak diterima, karena engkau menunaikannya sedangkan engkau dalam keadaan musyrik.’ Dan ia juga berkata kepada orang yang ingin masuk ke dalam agamanya: ‘Bersaksilah atas dirimu bahwasannya engkau sebelumnya adalah seorang kafir dan bersaksilah atas kedua orang tuamu bahwasannya mereka berdua telah meninggal dalam keadaan kafir…”
Komentar Al-Samannudi dan Al-Qadiri Al-Hanafi Terkait Muhammad bin Abdul Wahhab Serta Wahabi
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Muhammad Alfadani
- Sumber:
- muslimmenjawab
Al-Qadiri al-Hanafi, komentator lainnya menyampaikan hal berikut: “ketahuilah bahwa Wahabi najis (kotor) mengkonsumsi sisa-sisa semua golongan orang-orang sesat. Mereka mengambil banyak hal dari akidah sesat orang-orang sesat.[2]” Menambahkan kategori sebelumnya, di dalam komentar ini al-Qadiri menyebutkan bahwa kelompok Wahabi merupakan golongan yang suka mengambil serta mengkonsumsi kesesatan dari berbagai kelompok sesat lainnya.
Syaikh Ibrahim bin Utsman As-Samanudi: Akar Wahabi Berasal dari Kaum Arab yang Bodoh
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Rezvan Raka
- Sumber:
- muslimmenjawab
Di tulisan kali ini, kita masih ajukan pendapat ulama lainnya tentang Muhammad bin Abdul Wahhab dan pengikutnya. Ulama ini bernama Syaikh Ibrahim bin Utsman As-Samanudi. Ulama yang lahir di Mesir ini dalam kitabnya Sa’adah Ad-Darin fi Ar-rad ‘alal Firqatain Al-Wahabiyyah wa Muqallidah Ad-Zahiriyyah menerangkan tentang akar Wahabi yang berasal dari kaum Arab bodoh, akidah mereka yang batil dan perbuatan mereka yang buruk.