Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Sejarah Syi'ah

Apakah dalam Urusan Dunia Umat Lebih Tahu dari Rasulullah SAWW?

Apakah dalam Urusan Dunia Umat Lebih Tahu dari Rasulullah SAWW?

Keenam: Meyakini hadits di atas (hadits Ibn Majah) akan menimbulkan kebingungan yang sangat besar dalam menetapkan mana sunnah beliau yang bersumber dari tuhan dan mana sunnah yang bersifat pribadi dan mungkin salah, karena dari sekian banyak hadits yang ada kebanyakan tidak menggunakan kata “tuhan berkata demikian” yang dengan itu dapat dijamin kebenarannya.

Baca Yang lain

Nabi Saw Pernah Berniat Bunuh Diri, Benarkah?

Nabi Saw Pernah Berniat Bunuh Diri, Benarkah? “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu.” (Q.S. An-Nisa’: 29). Dengan melihat ayat barusan, maka tidak ada keserasian dengan riwayat di atas. Dengan kata lain, jangankan bunuh diri, terlintas dalam benak nabi untuk melakukan bunuh diri saja rasa-rasanya akal sehat kita amat sulit mencernanya. Wallahu a’lam bi as-Shawab.

Baca Yang lain

Allamah Thabathabai dan Makna “Dosa” dalam Ayat 2 Surat al-Fath

Allamah Thabathabai dan Makna “Dosa” dalam Ayat 2 Surat al-Fath Dengan kemenangan tersebut, orang kafir dan musyrik ada yang masuk Islam oleh karena itu dengan sendirinya di mata mereka kesalahan dan dosa tersebut hilang. Atau dengan kemenangan Nabi SAWW dan kekalahan yang menimpa musyrikin, maka mereka tidak punya kekuatan lagi  untuk menyalahkan Nabi Muhammad SAWW. Dengan penafsiran ini maka pengampunan dosa dan kemenangan menemukan hubungannya yang sangat jelas dan nyata. Dan kemaksuman Nabi SAWW juga tetap terjaga.

Baca Yang lain

Benarkah Nabi Muhammad SAW Pernah Sesat?

Benarkah Nabi Muhammad SAW Pernah Sesat? Kesimpulannya berdasarkan penafsiran di atas, ayat ketujuh surat Ad-Dhuha ini tidak berbicara mengenai kondisi Nabi Muhammad saw yang berada dalam kesesatan karena tidak adanya iman dalam dirinya, melainkan kondisi beliau yang belum memperoleh ilmu tentang kenabian dan risalah yang akan didakwahkan olehnya. Sehingga melihat ayat tadi dengan kaca mata ini tidak bertentangan dengan konsep Ishmah yang ada pada ayat-ayat lainnya seperti yang sudah dibahas.

Baca Yang lain

Sederet Keistimewaan Nabi Saw di dalam Al-Quran

Sederet Keistimewaan Nabi Saw di dalam Al-Quran Dari ayat di atas dapat kita pahami, bahwa Nabi Muhammad adalah panutan bagi setiap manusia. Lebih-lebih kepada mereka yang yang bertakwa di hadapan Allah Swt. Dan hendakanya, bagi mereka yang mendambakan kebahagiaan dunia-akhirat sudah selayaknya mengikuti jejak langkahnya.

Baca Yang lain

Nabi Muhammad SAWW Sebagai Teladan dan Kemestian Ishmah

Nabi Muhammad SAWW Sebagai Teladan dan Kemestian Ishmah Oleh karena itu ishmah merupakan suatu kemestian jika tidak maka konsekUensinya adalah, perintah Allah untuk menjadikan Nabi SAWW sebagai uswah dalam segala hal, pada kasus-kasus tertentu sama dengan perintah untuk melakukan kesalahan dan dosa. Hal ini mengingat bahwa jika Nabi SAWW tidak maksum maka mungkin saja perbuatan yang kita teladani justru perbuatan salah dan khilaf yang dilakukan oleh beliau dengan sengaja maupun tidak, baik dosa besar maupun kecil dan sebelum kenabian maupun setelah kenabian. 

Baca Yang lain

Sosok Nabi Bersih dari Segala Hal yang Membuat Orang Menjauh

Sosok Nabi Bersih dari Segala Hal yang Membuat Orang Menjauh Semua itu akan berimbas pada kualitas penerimaan masyarakat terhadap sosok nabi. Apabila dari sisi-sisi tersebut terdapat celah bagi manusia untuk beralasan (tidak mengikuti nabi) di hadapan Allah swt, maka hal ini akan menjadi bukti bahwa Hujjah-Nya bagi manusia belum sempurna. Dan ini tentunya jauh dan mustahil bagi Dzat Allah swt yang maha sempurna dan bijaksana.

Baca Yang lain

Kemaksuman Nabi Saw menurut Pandangan Imam Al-Qastallani

Kemaksuman Nabi Saw menurut Pandangan Imam Al-Qastallani Dengan memandang dan mengkaji tugas nabi di tengah manusia, sebagaimana yang telah diulas di dalam tulisan sebelumnya, maka selayaknya ia menyandang gelar maksum. Akal sehat akan menolak, jika seorang nabi terjerembab di dalam lubang dosa dan kesalahan. Sebab, jika hal itu terjadi pada diri nabi, tentu ia tidak akan mungkin menamatkan tugasnya dengan sempurna.

Baca Yang lain

Cakupan Kemaksuman Para Nabi

Cakupan Kemaksuman Para Nabi Di samping itu, masa lalu yang kelam tentu saja akan berpengaruh terhadap dakwah para rasul, karena akan dijadikan alasan para pengingkarnya untuk menolak ajarannya. Hal ini akan sangat berbeda, jika para nabi memiliki latar belakang yang bersih tanpa noda. Sebab dengan begitu tidak ada sedikitpun celah dan alasan bagi ummatnya untuk tidak mengikuti ajaran mereka.

Baca Yang lain

Peran Nabi Melazimkan Ishmah dan Terjauh dari Sifat Tercela

Peran Nabi Melazimkan Ishmah dan Terjauh dari Sifat Tercela Misalnya dalam membacakan ayat, tentu nabi adalah sang penerima wahyu dan ia memiliki pemahaman terhadap apa yang diterimanya. Begitu pula dalam Tazkiyah, maka sudah selayaknya sosok nabi adalah yang paling terdepan dalam hal kesucian jiwa, akhlak terpuji serta menghindari kesyirikan dan hal-hal tercela lainnya. Begitu juga dengan mengajarkan Kitab dan Hikmah, beliaulah yang paling tahu dan memiliki penguasaan terhadap hal tersebut dengan petunjuk dari Allah swt.

Baca Yang lain

Nabi Saw Pelupa, Mungkinkah?

Nabi Saw Pelupa, Mungkinkah? Jika tugas diutusnya seorang nabi adalah untuk menunjukkan dan menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan kesempurnaan, maka apakah relevan dengan riwayat di atas? Apalagi ia hadir di muka bumi ini sebagai rasul yang membawa al-Quran. Mungkinkah Allah mengutus seorang nabi yang pelupa? Atau jangan-jangan ada beberapa oknum yang menciptakan riwayat di atas untuk mencoreng nama baiknya? Entahlah. Wallahu a’lam bi as-shawab.

Baca Yang lain

Kemaksuman Nabi SAWW Dalam Pandangan Fakhr Razi

Kemaksuman Nabi SAWW Dalam Pandangan Fakhr Razi Sebenarnya, jika dilihat lebih cermat lagi, dalil yang sama dapat diterapkan pada semua nabi, bukan hanya Rasulullah SAWW sebagaimana disampaikan oleh Fakr Razi. Sebab Allah SWT juga memerintahkan untuk mengikuti mereka. Atas dasar ini maka tidak ada alasan untuk membatasi kemaksuman para nabi dalam tindakan yang disengaja saja, akan tetapi mencakup segala perbuatan.

Baca Yang lain

Memahami Kemaksuman Nabi Saw Melalui Al-Quran (2)

Memahami Kemaksuman Nabi Saw Melalui Al-Quran (2) Dan kita tahu bahwa dosa atau pun kesalahan, sedikitnya merupakan sebuah kezaliman terhadap diri sendiri, yang mana bisa terliputi kedalam ayat tadi. Dan kita juga tahu bahwa posisi sebagai nabi atau pun rasul adalah kedudukan Ilahi yang mana untuk meraihnya -berdasarkan ayat di atas- harus terbebas dari kesalahan dan dosa. Oleh sebab itu berarti para nabi sedari awal merupakan orang terjaga dari segala kesalahan dan dosa hingga meraih kedudukan tersebut. Tentunya terlebih lagi nabi Muhammad saw sebagai penghulu dari para nabi dan rasul. Wallahu A’lam Bis Shawab.

Baca Yang lain

Memahami Kemaksuman Nabi Saw Melalui Al-Quran

Memahami Kemaksuman Nabi Saw Melalui Al-Quran Sederet ayat di atas menunjukkan kepada kita tentang keterjagaan seorang nabi dari segala bentuk kesalahan, dan bahkan gangguan dari Iblis. Nabi Muhammad Saw yang dijulukui sebagai sayyidul mursalin (penghulu para Rasul), tentu juga termasuk di dalam ayat-ayat di atas. Perlu penulis tegaskan kembali, kalau ayat di atas secara tidak langsung menunjukkan bahwa seorang nabi atau rasul haruslah bersih dari segala bentuk kesalahan dan kekurangan. Wallahu a’lam bi ash-shawab.  

Baca Yang lain

Ishmah dalam Keterangan Syekh Mufid

Ishmah dalam Keterangan Syekh Mufid Dari sini bisa disimpulkan bahwa pandangan syekh Mufid terkait kemaksuman nabi atau ishmahnya beliau itu meliputi dosa atau kesalahan baik yang secara sengaja ataupun lupa, bahkan kondisi ini telah ada dari sejak awal keberadaan Nabi hingga wafanya. Wallahu A’lam.

Baca Yang lain

Makna Kata Ishmah dalam Penggunaan al-Quran

Makna Kata Ishmah dalam Penggunaan al-Quran Dalam beberapa ayat di atas al-Quran memang tidak menggunakan kata ishmah atau maksum, akan tetapi menggunakan kata yang seakar dengan ishmah dalam beberapa varian yang berbeda, dan dengan makna yang sama dengan makna etimologi (penjagaan, pencegahan, pemeliharaan dan perlindungan), sebagaimana telah disebutkan pada tulisan sebelumnya.

Baca Yang lain

Mengenal Ishmah atau Kemaksuman dalam Bahasa (2)

Mengenal Ishmah atau Kemaksuman dalam Bahasa (2) Penjelasan diatas menunjukkan bahwa makna daripada ishmah berarti penjagaan atau pencegahan atau pemeliharaan. Jika kita ubah bentuknya pada bentuk maf’ul menjadi ma’sum (معصوم)  bisa kita artikan dengan terpelihara atau terjaga. Tentunya jika kita nisbahkan seseorang dengan kata maksum berarti bisa dikatakan orang tersebut terjaga atau terpelihara. Adapaun terjaga atau terpelihara dari apa, akan terperinci dalam definisi ishmah secara istilah, karena sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa definisi secara bahasa masih bersifat umum.

Baca Yang lain

Mengenal Ishmah atau Kemaksuman dalam Bahasa

Mengenal Ishmah atau Kemaksuman dalam Bahasa Oleh sebab itu berangkat dari ini kedepannya kita akan melihat bagaimana perubahan yang terjadi ketika lafal ishmah ini dijadikan sebagai sebuah istilah. Kemudian juga bagaimana hubungannya dalam hal ini dengan sosok nabi Muhammad saw sebagai pribadi memiliki ishmah, serta apa saja konsekuensinya dalam mengenal pribadi beliau. InsyaAllah semua ini akan dibahas dalam beberapa tulisan yang akan datang.

Baca Yang lain

Gembira dengan Kelahiran Nabi Muhammad SAWW, Azab Abu Lahab Diringankan

Gembira dengan Kelahiran Nabi Muhammad SAWW, Azab Abu Lahab Diringankan Dengan alasan yang sama; berbahagia dengan kelahiran Rasulullah, kaum muslimin mengadakan peringatan maulid Nabi Muhammad SAWW. Oleh karena itu layak jika kemudian diberi balasan dan ganjaran kebaikan. Hal ini mengingat bahwa amalan mukmin tentu saja lebih bernilai dari amalan seorang musyrik seperti Abu Lahab.

Baca Yang lain

Keutamaan Maulid Nabi menurut Ulama Sunni

Keutamaan Maulid Nabi menurut Ulama Sunni Semoga Allah merahmati seseorang yang menjadikan malam-malam di bulan yang diberkahi kelahirannya (Nabi Muhammad Saw.) sebagai hari raya, sehingga itu menjadi penyakit yang paling parah bagi orang-orang yang hatinya sakit dan tertimpa penyakit.

Baca Yang lain