Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Filsafat & Irfan

Tingkat Tertinggi Makrifat Hakiki (3)

Tingkat Tertinggi Makrifat Hakiki (3)

Setelah menerima petunjuk umum agama bagi semua manusia dan menjalin hubungan dengan Allah melalui keyakinan sahih dan amal saleh, diperlukan petunjuk-petunjuk khusus dari Allah dan para wali-Nya agar manusia bisa sampai ke hakikat tauhidi dan penyaksiannya melalui hati. Sebab, jika seorang mukmin belum memiliki potensi dan kapasitas khusus, maka hakikat-hakikat tauhidi tak akan muncul pada dirinya. 

Baca Yang lain

Tingkat Tertinggi Makrifat Hakiki (2)

Tingkat Tertinggi Makrifat Hakiki (2) Allah berbicara kepada semua manusia dan menerangkan akibat perbuatan-perbuatan mereka, Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya,  maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira.

Baca Yang lain

Tingkat Tertinggi Makrifat Hakiki (1)

Tingkat Tertinggi Makrifat Hakiki (1) Ketiga, hakikat-hakikat ini adalah makrifat tauhidi. Untuk mencapainya, butuh iman yang sahih dengan mengikuti agama Ilahi, setelah meyakini hal-hal berikut ini:  

Baca Yang lain

Ketika Surga Menebar Aromanya Melewati Sains (9)

Ketika Surga Menebar Aromanya Melewati Sains (9) Ayat ini menggambarkan momen kritis kematian dengan presisi yang menakjubkan. Saat nyawa berada di hulqum (kerongkongan/ujung tenggorokan), orang-orang di sekelilingnya hanya bisa “melihat” secara fisik, tetapi tidak dapat menangkap realitas sebenarnya yang terjadi. Allah menyatakan “Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu”. Ini sangat selaras dengan pengalaman Out-of-Body Experience (OBE) Dr. Alexander. Ia “melihat” tubuhnya dari atas, sementara para dokter hanya melihat tubuh fisiknya yang sekarat.    

Baca Yang lain

Ketika Surga Menebar Aromanya Melewati Sains (8)

Ketika Surga Menebar Aromanya Melewati Sains  (8) Bagaimana Pandangan Al-Qur’an?  Pengalaman transendental Dr. Eben Alexander dan argumen filsafat sepanjang zaman menemukan puncak penjelasannya dalam wahyu Ilahi. Al-Qur’an tidak hanya menyatakan keberadaan kehidupan setelah mati (alam akhirat) sebagai sebuah keyakinan, tetapi juga menyajikan logika, bukti, dan gambaran yang sangat kuat yang beresonansi dengan akal dan fitrah manusia.  

Baca Yang lain

Ketika Surga Menebar Aromanya Melewati Sains (7)

Ketika Surga Menebar Aromanya Melewati Sains  (7) Ini adalah argumen yang universal: dunia ini penuh dengan ketidakadilan yang jelas, di mana orang jahat sering makmur dan orang baik menderita. Akal manusia membangunkan bahwa harus ada pengadilan akhir di mana keseimbangan moral dipulihkan. Tanpa kehidupan setelah kematian, alam semesta secara moral tidak masuk akal.   Pikiran kita yang terbatas tidak dapat menerima finalitas kematian sebagai akhir dari sebuah narasi moral yang belum selesai. Pengalaman “tinjauan kehidupan” yang umum dalam NDE, di mana seseorang menilai perbuatannya sendiri, merefleksikan prinsip keadilan ilahi ini. 

Baca Yang lain

Ketika Surga Menebar Aromanya Melewati Sains (6)

Ketika Surga Menebar Aromanya Melewati Sains (6) Menggabungkan Aristoteles dengan teologi Kristen, Aquinas berargumen bahwa jiwa manusia adalah forma substantialis (bentuk substansial) dari tubuh. Namun, karena jiwa manusia memiliki kapasitas untuk memahami realitas universal yang non-materi (seperti Tuhan dan kebenaran abstrak), ia harus bersifat immaterial dan subsisten.    

Baca Yang lain

Ketika Surga Menebar Aromanya Melewati Sains (5)

Ketika Surga Menebar Aromanya Melewati Sains (5) Kelima argumen dari teks Alexander—yang berbasis pada anomali neurologis, kualitas pengalaman, konsistensi empiris, sifat waktu, dan isi transcendental—secara kolektif membangun kasus yang tangguh. Mereka tidak “membuktikan” kehidupan setelah mati dalam istilah sains yang ketat, tetapi mereka secara efektif meruntuhkan keyakinan materialis bahwa bukti itu mustahil.    

Baca Yang lain

Ketika Surga Menebar Aromanya Melewati Sains (4)

Ketika Surga Menebar Aromanya Melewati Sains  (4) Alexander mengacu pada karya Bruce Greyson, seorang pionir penelitian NDE, untuk memperkuat klaimnya. Greyson tidak hanya mengumpulkan laporan anekdotal tetapi mengembangkan “Skala Greyson” yang empiris untuk mengukur dan membandingkan NDE. Penelitiannya menunjukkan bahwa NDE bukanlah pengalaman acak, melainkan memiliki “pola konsisten” yang melintas budaya dan latar belakang—seperti perjalanan melalui terowongan, pertemuan dengan makhluk cahaya, tinjauan kehidupan, dan perasaan damai yang mendalam.

Baca Yang lain

Ketika Surga Menebar Aromanya Melewati Sains (3)

Ketika Surga Menebar Aromanya Melewati Sains  (3) Narasi Dr. Eben Alexander dalam “Ketika Surga Menebar Aromanya Melewati Sains” bukan sekadar kisah personal; ia adalah sebuah batu uji yang dilemparkan ke kolam tenang materialisme saintifik. Pengalaman Mendekati Kematian (Near-Death Experience/NDE) yang dialaminya, yang diklaim terjadi saat neokorteksnya sepenuhnya non-aktif, memicu perdebatan mendalam yang menjembatani raniah ilmu saraf, filsafat, dan teologi.

Baca Yang lain

Ketika Surga Menebar Aromanya Melewati Sains (2)

Ketika Surga Menebar Aromanya Melewati Sains  (2) Dalam buku saya, Proof of Heaven: A Neurosurgeon’s Journey into the Afterlife, saya menjelaskan bahwa kondisi meningitis saya membuat neokorteks saya benar-benar tidak aktif—bukan sekadar koma medis yang diinduksi, tapi kegagalan total yang seharusnya menghapus kesadaran.

Baca Yang lain

Ketika Surga Menebar Aromanya Melewati Sains (1)

Ketika Surga Menebar Aromanya Melewati Sains  (1) Setiap jiwa akan merasakan mati. Maka belumkah tiba waktunya bagi kita untuk menyambut kematian dengan hidup seindah mungkin, mengisinya dengan perkhidmatan dan kasih pada sesama manusia sembari merasakan KehadiranNya Yang Penuh Kasih dan menyambut kematian dengan kepasrahan yang autentik? Yaa Allah, jadikan kematian sebagai kabar gembira bak aroma mewangi surga bagi kami. Dan bimbing kami agar tersenyum indah dan mencapai puncak kebahagiaan, ketika saat itu tiba.   

Baca Yang lain

Pentingnya Amal untuk Mencapai Irfan (2)

Pentingnya Amal untuk Mencapai Irfan (2) Pada akhirnya, perjalanan menuju Allah adalah keniscayaan bagi setiap manusia. Namun, pertemuan dengan-Nya hanya akan bermakna jika ditempuh dengan iman yang benar dan amal yang saleh. Inilah jalan untuk mencapai irfan sejati: kesatuan pengetahuan, iman, dan amal yang menghantarkan manusia pada kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat.

Baca Yang lain

Pentingnya Amal untuk Mencapai Irfan (1)

Pentingnya Amal untuk Mencapai Irfan (1) Pada akhirnya, perjalanan menuju Allah adalah keniscayaan bagi setiap manusia. Namun, pertemuan dengan-Nya hanya akan bermakna jika ditempuh dengan iman yang benar dan amal yang saleh. Inilah jalan untuk mencapai irfan sejati: kesatuan pengetahuan, iman, dan amal yang menghantarkan manusia pada kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat.  

Baca Yang lain

PATUH LOGIKA

PATUH LOGIKA diri mendisiplinkan akal berpikir logis (sistematis dan kritis), akal niscaya terdorong untuk mencari dan merespon konsep-konsep serius dan fundamental sebagai menu dan objeknya, misalnya, kebenaran, keadilan, atau prinsip matematika.

Baca Yang lain

Filosofi Kehidupan: Antara Pencarian Makna dan Tujuan Keberadaan

Filosofi Kehidupan: Antara Pencarian Makna dan Tujuan Keberadaan Dalam tradisi Barat, kita belajar keberanian memberi makna. Dalam tradisi Islam, kita diingatkan bahwa hidup adalah amanah menuju kesempurnaan. Dalam keduanya, kita menemukan bahwa hidup adalah proses yang layak dijalani dengan sadar, jujur, dan bijak.  

Baca Yang lain

Filosofi Akal: Jalan Terang Menuju Kebenaran

Filosofi Akal: Jalan Terang Menuju Kebenaran Filosofi akal mengajarkan bahwa kekuatan terbesar manusia bukan di ototnya, bukan pula pada hartanya, melainkan pada kemampuannya untuk merenung, memahami, dan mencari kebenaran. Akal adalah cermin diri, dan juga jembatan menuju kesadaran spiritual yang lebih tinggi.

Baca Yang lain

Irfan dalam Perspektif Bahasa dan Istilah: Antara Ilmu, Makrifat, dan Hudhuri (2)

Irfan dalam Perspektif Bahasa dan Istilah: Antara Ilmu, Makrifat, dan Hudhuri (2) Dengan memerhatikan makna-makna bahasa dan istilah kata irfan dan makrifat, diketahui bahwa disebabkan penggunaannya, kata ini memiliki dua makna terkait pengenalan Allah:  

Baca Yang lain

Irfan dalam Perspektif Bahasa dan Istilah: Antara Ilmu, Makrifat, dan Hudhuri (1)

Irfan dalam Perspektif Bahasa dan Istilah: Antara Ilmu, Makrifat, dan Hudhuri (1) Jalan yang ditempuh untuk sampai kepada makrifat hudhuri ini disebut dengan sair wa suluk. Tentu saja, jalan tersebut hanya bisa ditempuh setelah manusia memiliki pengetahuan tentang hal itu. Dari sisi ini, tiap manusia atau makhluk sebenarnya memiliki makrifat hudhuri fitri tentang Allah. Hanya saja, sadar atau tidak, dia tidak mengetahui keberadaan makrifat ini.

Baca Yang lain

MEMANDANG DUNIA DIGITAL DENGAN TEROPONG TRANSENDENTALISME-SADRA

MEMANDANG DUNIA DIGITAL DENGAN TEROPONG TRANSENDENTALISME-SADRA Di tengah gemerlap era digital yang bergerak cepat, kita menciptakan dunia paralel melalui kode—metaverse yang memikat, deepfake yang nyaris tak terdeteksi, dan algoritma yang membentuk cara kita memandang dunia. Namun, di balik semua itu, sebuah pertanyaan mendasar menggema:

Baca Yang lain