Filsafat & Irfan
Hakikat Dunia di Mata Para Sufi
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Mushofa
- Sumber:
- Alif

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ: الإِمَامُ الْعَادِلُ …. Artinya: “Ada tujuh golongan manusia yang nanti akan dinaungi Allah dalam naungan ‘arasy-Nya pada hari yang tiada naungan selain naungan Allah, yaitu : seorang pemimpin yang adil.” (HR. Muslim)
Apakah kaitan antara irfan dan pengenalan jiwa?
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- iQuest
Syaikh Syihabuddin Suhrawardi dalam kitab Hikmah al-Asyrâf mengungkapkan dua argumentasi atas kehadiran makrifat jiwa dan transmutasi atau perubahan pengenalannya melalui pengetahuan-pengetahuan perolehan (hushuli), dimana kesimpulan dari kedua argumentasi tersebut adalah bahwa manusia bukan hanya tidak bisa mengenali jiwanya sendiri melalui aksi dan reaksinya, bahkan juga tidak bisa melalui penjelasan manapun mengenai pemahaman akal, melainkan keberadaan setiap individu berkaitan dengan hakikat yang hanya bisa diidentifikasi dengan penyaksian irfani.
Makna Jihad al-Nafs, Jihad Melawan Hawa Nafsu (2)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Ayatullah Husain Mazhahiri
Terkadang Imam Ja’far Shadiq berbisik kepadanya, dan terkadang Jabir yang berbicara kepada Imam Ja’far Shadiq. Saya pun duduk di samping Imam Ja’far untuk beberapa saat, dan kemudian keluar. Jabir melihat saya, sementara saya terheran-heran. Jabir bertanya, ‘Apakah engkau hendak kembali ke Kufah?’ Saya menjawab, ‘Ya.’ Jabir berkata, ‘Pejamkan kedua matamu dan peganglah tanganku.’ Kemudian saya membuka kedua mataku, tiba-tiba saya telah berada di Kufah.”
Makna Jihad al-Nafs, Jihad Melawan Hawa Nafsu (1)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Ayatullah Husain Mazhahiri
- Sumber:
- icc-jakarta
Manusia mempunyai kelebihan di antara semua makhluk. Kelebihan itu ialah bahwa manusia mempunyai dua dimensi. Pertama, dimensi materi, yang di dalam filsafat dinamakan juga dengan dimensi hewani. Di dalam filsafat, jisim manusia dinamakan dengan gharizah (insting) atau raghbah (kecenderungan), sementara di dalam ilmu akhlak dan irfan Islami dinamakan dengan orientasi hewani, atau dimensi hewani manusia.
Imam Khomeini: Perjalanan dari Nol Menuju Nol
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Ustaz Husein Alkaff
Sadar bahwa diri lemah, miskin dan bodoh merupakan titik balik pada jati diri dan hakikat manusia yang sesungguhnya. Manusia yang belum sadar tentang itu berarti belum paham tentang jati diri dan hakikat dirinya. Dia hanya ada pada kondisi merasa kuat, kaya dan pintar, tetapi apa makna sebuah perasaan?
Potensi Manusia Menurut Filsuf Persia
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- ust. sutiawan
“Kalau kalian menemukan kemampuan diri dan kalian merasa ada potensi untuk menjadi Ustadz yang baik, Guru yang baik, Mufasir yang baik, Hakim yang baik, Filosof yang baik, Ahli kalam yang baik, Faqih yang baik, serta Ahli Ushul yang baik, janganlah kalian membuang percuma umur kalian.” tuturnya.
Etika Lingkungan Hidup sebagai Konsekuensi Tauhid
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Fardiana Fikria Qur’any, M. Ud
- Sumber:
- ikmalonline
Kembali pada definisi iman, bahwa iman bukan saja mengucapkan dengan lisan yaitu, bersayahadat, melainkan juga menetapkan di hati dan membuktikannya lewat perbuatan. Pembuktian keimanan lewat perbuatan dalam konteks lingkungan hidup ialah, menjaga, merawat dan melestarikan alam semesta hingga alam menemui keharmonisan dan keseimbangannya.
Prinsip dan Kriteria Kausalitas
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Fardiana Fikria Qurany
- Sumber:
- ikmalonline
Pandangan kaum esensialis masih terjebak dalam tataran konseptual. Bahwa suatu esensi hanya lingkup mental belaka, sehingga dengan mengatakan “ia mungkin menerima wujud” adalah konstruksi rasional dan bukan kenyataan. Karena dalam kenyataannya, tidak mungkin ada esensi yang justru keberadaannya masih mungkin baginya.
Konsepsi Kausalitas dan Urgensinya
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Fardiana Fikria Qurany
- Sumber:
- ikmalonline
Manusia tidak saja bernalar dengan kausalitas namun mampu mengembangkan sistem kausalitas pada tataran teoritis, sehingga mampu sampai pada keharusan akan adanya wujud mutlak sebagai sumber dari segala yang maujud. Dan konsep kausalitas nantinya tidak saja berkisar pada dunia obyektif material tapi juga dapat menjadi fondasi untuk menyingkap pola-pola metafisik sehingga dapat memberi makna yang luas akan hakikat kehidupan.
Ideologi Islam; Perspektif Ruhaniah Masyarakat dan Sejarah
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Fardiana Fikria Qur’any
- Sumber:
- ikmalonline
Di dalam Islam, Amar Makruf Nahyi Munkar sangat berurusan dengan jiwa manusia. Segala perintah dan larangan yang diatur di dalamnya tidak lain adalah jalan bagi jiwa untuk mendapatkan kestabilannya. Stabilitas jiwa didapatkan karena adanya koneksi dengan Allah SWT.
Dari tiga faktor penyebab jatuh-bangunnya suatu masyarakat di dalamnya semua tergantung bagaimana kualitas jiwa suatu masyarakat tersebut dibangun. Jiwa adalah dimensi dari ruhaniyah yang ada di dalam diri manusia.
Kesimpulan yang bisa kita ambil di sini, bahwa sistem masyarakat Islam dibangun berdasarkan hakikat masyarakat itu sendiri yaitu, dimensi ruhanuyahnya bukan materil atau bendawinya.
Konsepsi Sejarah Menurut Murtadha Muthahhari
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Fardiana Fikria Qur’any, M. Ud
- Sumber:
- ikmalonline
Kesimpulannya ialah, bahwa menurut Mtuhahhari ideologi Islam yang berasaskan tauhid, menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan memperjuangkan nilai kemanusiaan adalah sesuatu yang berdasarkan pada kekuatan ruhaniyah, non material, bukan material apalagi sampai pada basis pembagian kelas level ekonomi, bukan sama sekali.
Argumentasi Integrasi Keilmuan Islam (Ilmuisasi Islam)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Fardiana Fikria Qurany, M. Ud
- Sumber:
- ikmalonline.com
Untuk itu, integrasi keilmuan, mesti berangkat dari suatu analisa atas struktur berpikir (epistemologi) dari setiap disiplin keilmuan. Maka di dalam rancang bangun filsafat Islam, asas epistemologisnya dalag rasional, yakni gugus konsepsi-konsepsi yang bersifat pasti (awwaliyyat-badihiyyat). Tanpa sandaran kepastian rasional maka seluruh teori pengetahuan tak akan pernah dapat diabsahkan karena tiadanya dasar yang absah. Termasuk dalam hal ini adalah agama dan spiritualitas. Agama dan spiritualitas dalam dinamika ini tidak diletakkan sebagai doktrin yang diterima kebenarannya secara subyektif, namun ia diletakkan sebagai premis-premis layak dikaji sesuai dengan bangunan epistemologi rasional.
Filosofi Perbedaan Hukum Lelaki dan Perempuan (1)
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- ikmalonline.com
Islam memiliki filosofi tersendiri terkait hak-hak lelaki dan perempuan. Islam tidak meyakini satu jenis hak, satu jenis kewajiban dan satu jenis hukuman bagi lelaki maupun perempuan dalam semua ihwal dan peristiwa. Islam memandang seperangkat hak dan kewajiban dan hukuman lebih pantas untuk lelaki dan seperangkat lain lebih pantas untuk perempuan. Karena itu, dalam beberapa hal, Islam mengambil sikap dan langkah yang sama terkait perempuan maupun lelaki, dan pada sebagian lainnya mengambil langkah dan sikap yang berbeda.
Inilah Kekuatan Jin Yang Harus Kamu Ketahui (Part 2)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- sutiawan
Dari pembahasan sebelumnya, kita telah mengenal bahwa jin mempunyai kekuatan untuk merasuki tubuh manusia dan jin dengan kekuatannya bisa memindah sesuatu yang berat dari tempat yang jauh dengan cepat. Seperti yang dilakukan oleh Ifrit di zaman kehidupan Nabi Sulaiman as.
Inilah Kekuatan Jin Yang Harus Kamu Ketahui (Part 1)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- sutiawan
Mampu masuk ke dalam sebuah badan manusia dengan mudah bahkan jin pun bisa dengan mudah untuk masuk kedalam sebuah pohon. Setelah masuk, mereka kadang akan mengganggu si pemilik tubuh. Atau bahkan jin pun mampu masuk ke bawah tanah yang mana bawah tanah merupakan tempat tinggal sebagian para jin.
Inilah Nama Jin Yang Paling Pertama Diciptakan Allah Swt
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- sutiawan
Dari sini kita mengetahui bahwa hikmah dari penciptaan jin dan manusia adalah untuk menyembah Allah swt.
Mari kita kembali ke pertanyaan sebelumnya. Siapakah jin pertama yang diciptakan oleh Allah swt. Untuk menjawab pertanyaan ini mari kita merujuk hadits dari Sayidina Ali bin Abi Thalib kwj yang mana beliau adalah seorang pintu ilmu Nabi.
Hakikat Segala Sesuatu: Bentuk dan Makna
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Fardiana Fikria Qurany
- Sumber:
- ikmalonline.com
Akal memang mampu menangkap ilmu dan mengembangkannya. Tapi ia hanya berupa gambaran-gambaran, sementara sang makna harus disingkap dengan cara yang lain, yakni hati yang penuh cinta. Hati dan cinta menjadi alat epistemologis yang khas bagi kaum sufi. Karena pada mulanya adalah Tuhan yang Maha Cinta. Dan semua terjadi karena Cinta. Karena bagi Tuhan segala sesuatu terjadi di bawah kuasa dan izinNya sehingga tidak mungkin terjadi suatu hal yang dibenciNya sendiri.
Sementara kebaikan dan keburukan sebagaimana berlaku dalam kategori etis yang berkaitan dengan kemaslahatan manusia sendiri. Karena kebaikan manusia tak menambah apa-apa pada kekuasaan Tuhan yang secara hakikat sempurna, begitu pula keburukan manusia pun tak mengurangi apa-apa dari kekuasaanNya.
Ruh, Hati dan Akal
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Fardiana Fikria Qurani
- Sumber:
- ikmalonline.com
Manusia adalah makhluk bereksistensi. Ia ada sebagai bagian dari yang hadir di alam realitas. Sebagai bagian tersebut, ia ada secara bersamaan dengan entitas-entitas alam yang lain: langit, bumi, tumbuhan hewan dan sebagainya. Namun cara bereksistensi manusia amatlah khas. Pusat keunikan eksistensi manusia adalah kesadaran bahwa dirinya eksis. Karena kesadaran inilah yang menjadikan manusia tak sekedar menyadari dirinya yang eksis tapi lebih dari itu ia dapat bertanya ‘mengapa ia mesti eksis?’.
Pandangan Ahli Tasawuf tentang Iman: Bertambah dan Berkurang
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Fajar Hidayatulloh Ahmad
- Sumber:
- alif.id
(ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap).” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.
Latar Belakang Kemunculan Pergulatan Integrasi Ilmu Dalam Epistemologi Islam
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Fardiana Fikria Qur’any, M. Ud
- Sumber:
- ikmalonline.com
Dalam epistemologi terdapat beberapa aliran pengetahuan. Masing-masing aliran memiliki pemahaman tentang apa yang disebut sebagai pengetahuan. Ada yang menganggap pengetahuan adalah sesuatu yang dialami (kaum empiris). Ada yang menganggap pengetahuan adalah sesuatu yang ada di pikiran saja (kaum rasionalis). Kaum empiris cenderung objektif yakni melihat pada objek kasat matanya saja, sedangkan kaum rasionalis cenderung subjektif karena bersandar pada konsep yang ada pada pikirannya. Problem inilah yang sebenarnya harus diselesaikan terlebih dahulu, sebelum membicarakan integrasi keilmuan. Karena problem integrasi adalah problem epistemologis.