Filsafat & Irfan
Komunikasi dalam Ilmu Irfan
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- suparno

Ilmu Irfan, Di dalamnya terdapat konsep-konsep penting dan inti dan mendalam tentang hubungan antara manusia dan penciptanya. Salah satu aspek yang tak terelakkan dalam ilmu Irfan adalah relasi komunikasi yang kompleks antara manusia dengan manusia, serta utamanya manusia dengan Tuhan.
Apakah metode filsafat jauh lebih mengakar ketimbang metode agamis?
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- tanyaislam
Agama merupakan sekumpulan keyakinan, moralitas, aturan-aturan dan hukum-hukum yang disediakan bagi manusia melalui jalan wahyu dan akal untuk mengatur manusia dan masyarakat serta membina manusia menjadi manusia-manusia unggul.
Sudahkah Kita Menjadi Seorang Pecinta?
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- afifah ahmad
- Sumber:
- ngajirumi.com
Terlepas dari tafsir yang mengemuka, sebagai pembaca perempuan saya pribadi sangat berfokus pada ending cerita ini, terutama bagaimana cara Rumi menggambarkan sosok perempuan yang tegas dan memiliki karakter kuat. Ia tidak hanya selamat dari permainan yang mengatasnamakan cinta, bahkan ia memberikan kesadaran tentang makna sebenarnya seorang pecinta.
Doa Uwais Al-Qarni supaya Tekun Beribadah di Malam Hari
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Hosiyanto Ilyas
- Sumber:
- alif.id
Ar-Rabi’ bin Khutsaim adalah salah satu tokoh tabiin yang masyhur kezuhudannya. Beliau berguru kepada Ibnu Mas’ud. Dan Ibnu Mas’ud pernah memujinya setinggi langit, “Andaikan Rasulullah melihatmu maka Rasulullah akan mencintaimu.”
Di bawah ini adalah kisah Ar-Rabi’ bin Khutsaim ketika menemui Uwais Al-Qarni. Uwais Al-Qarni ketika itu sedang beribabah selama tiga malam tampa beranjak dari tempatnya. Dan ia memanjatka doa untuk tekun beribadah di malam hari. Adapun kisahnya sebagai berikut:
Adu Konsep Pemikiran Tentang Ego: Antara Sigmund Freud dan Al-Ghazali (2)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Hafis Azhari
Jadi pada prinsipnya, Al-Ghazali menekankan keselarasan antara duniawi dan ukhrawi, sebagaimana kesejajaran antara kebutuhan badaniyah dan nafsiyah. Kita harus proporsional memberikan nutrisi bagi kebutuhan fisik dan rohani, baru kemudian tercipta ketenangan dan kenikmatan jiwa (muthmainnah) yang akan mudah mencapai ending secara husnul khatimah. Setelah itu, kita pun akan ringan dan dimudahkan untuk mencapai kebahagiaan akhirat. Insya Allah.
Adu Konsep Pemikiran Tentang Ego: Antara Sigmund Freud dan Al-Ghazali (1)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Hafis Azhari
Konsep pemikiran Sigmund Freud mengenai psikoanalisa adalah ikhtiar manusia Barat di saat filsafat eksistensialisme sedang merajai dunia. Konsep mengenai alam bawah sadar yang cenderung bersifat liar dikategorikan sebagai naluri hewani yang ada pada diri manusia, dan disebutnya sebagai “id”. Fase berikutnya adalah “ego”, yakni kesadaran akan kemanusiaan, di saat hal-hal negatif yang tak layak dari alam bawah sadar manusia, perlu dikesampingkan.
Anjuran Membaca Kitab Ilmu Hakikat Menurut Syekh Abdul Karim Al-Jili
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Hosiyanto Ilyas
- Sumber:
- alif.id
Anjuran membaca kitab-kitab ilmu hakikat hanya untuk murid yang sudah memahami berbagai leteratur ilmu agama, dan kuat dalam memegang agamanya. Syekh Abdul Karim bin Ibrahim Al-Jili menambahkan bahwa muthala’ah atau membaca kitab-kitab ilmu hakikat lebih utama dari amal atau perbuatan para salikin (orang-orang yang berjalan menuju Allah) Dan orang yang berkumpul atau bermujalasah dengan para wali atau ahli hakikat itu lebih utama daripada membaca kitab-kitab ilmu hakikat.
Rumus Mencintai Tuhan dari Ibn Athaillah
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Muhammad Az-Zamami
- Sumber:
- alif.id
Maka, dua cerita tadi memberikan kita gambaran bahwa jika ibadah sudah menjadi kebutuhan, konsekuensi apa pun akan diterima, yang penting dia mampu menunaikan kebutuhannya tersebut. Alangkah indahnya jika suatu ibadah sudah menjadi kebutuhan kita. Tanpa paksaan dan iming-iming apa pun, kita akan terus beribadah dan beribadah terus dengan rasa senang dan nyaman. Wallahu ‘Alam
Apakah metode filsafat jauh lebih mengakar ketimbang metode agamis?
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- tanyaislam
Untuk menjawab pertanyaan ini kiranya kita perlu terlebih dahulu mendedah definsi filsafat kemudian menemukan hubungan dan benang merah antara filsafat dan agama.
Abu Yazid, Kedalaman Cinta, dan Tanggung Jawab Sosial
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Imam Nawawi
- Sumber:
- Qasim Muhammad Abbas, Abu Yazid al-Basthami, Damascus: l-Mada, 2004.
Di saat-saat genting seperti sekarang ini, di masa pagebluk dan pandemi, ajaran cinta kasih Abu Yazid al-Busthomi dibutuhkan. Walaupun tidak dapat dikatakan secara spesifik siapa yang harus memulai lebih dahulu; pemerintah yang harus memikirkan nasib rakyat, ataukah rakyat yang harus mendukung program pemerintah; tetapi tanggung jawab itu ada di pundak bersama, dengan melangkah bersama, harmonis-sinergis. Melempar egoisme jauh-jauh.
Bagaimana pendapat para filosof tentang salat?
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- iQuest
Filsafat adalah sebuah ilmu yang berkaitan dengan masalah-masalah umum dan universal tentang keberadaan dan tidak memberi pandangan secara langsung terkait dengan masalah-masalah kecil tentangnya.
Hakikat Dunia di Mata Para Sufi
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Mushofa
- Sumber:
- Alif
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ: الإِمَامُ الْعَادِلُ ….
Artinya:
“Ada tujuh golongan manusia yang nanti akan dinaungi Allah dalam naungan ‘arasy-Nya pada hari yang tiada naungan selain naungan Allah, yaitu : seorang pemimpin yang adil.” (HR. Muslim)
Apakah kaitan antara irfan dan pengenalan jiwa?
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- iQuest
Syaikh Syihabuddin Suhrawardi dalam kitab Hikmah al-Asyrâf mengungkapkan dua argumentasi atas kehadiran makrifat jiwa dan transmutasi atau perubahan pengenalannya melalui pengetahuan-pengetahuan perolehan (hushuli), dimana kesimpulan dari kedua argumentasi tersebut adalah bahwa manusia bukan hanya tidak bisa mengenali jiwanya sendiri melalui aksi dan reaksinya, bahkan juga tidak bisa melalui penjelasan manapun mengenai pemahaman akal, melainkan keberadaan setiap individu berkaitan dengan hakikat yang hanya bisa diidentifikasi dengan penyaksian irfani.
Makna Jihad al-Nafs, Jihad Melawan Hawa Nafsu (2)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Ayatullah Husain Mazhahiri
Terkadang Imam Ja’far Shadiq berbisik kepadanya, dan terkadang Jabir yang berbicara kepada Imam Ja’far Shadiq. Saya pun duduk di samping Imam Ja’far untuk beberapa saat, dan kemudian keluar. Jabir melihat saya, sementara saya terheran-heran. Jabir bertanya, ‘Apakah engkau hendak kembali ke Kufah?’ Saya menjawab, ‘Ya.’ Jabir berkata, ‘Pejamkan kedua matamu dan peganglah tanganku.’ Kemudian saya membuka kedua mataku, tiba-tiba saya telah berada di Kufah.”
Makna Jihad al-Nafs, Jihad Melawan Hawa Nafsu (1)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Ayatullah Husain Mazhahiri
- Sumber:
- icc-jakarta
Manusia mempunyai kelebihan di antara semua makhluk. Kelebihan itu ialah bahwa manusia mempunyai dua dimensi. Pertama, dimensi materi, yang di dalam filsafat dinamakan juga dengan dimensi hewani. Di dalam filsafat, jisim manusia dinamakan dengan gharizah (insting) atau raghbah (kecenderungan), sementara di dalam ilmu akhlak dan irfan Islami dinamakan dengan orientasi hewani, atau dimensi hewani manusia.
Imam Khomeini: Perjalanan dari Nol Menuju Nol
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Ustaz Husein Alkaff
Sadar bahwa diri lemah, miskin dan bodoh merupakan titik balik pada jati diri dan hakikat manusia yang sesungguhnya. Manusia yang belum sadar tentang itu berarti belum paham tentang jati diri dan hakikat dirinya. Dia hanya ada pada kondisi merasa kuat, kaya dan pintar, tetapi apa makna sebuah perasaan?
Potensi Manusia Menurut Filsuf Persia
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- ust. sutiawan
“Kalau kalian menemukan kemampuan diri dan kalian merasa ada potensi untuk menjadi Ustadz yang baik, Guru yang baik, Mufasir yang baik, Hakim yang baik, Filosof yang baik, Ahli kalam yang baik, Faqih yang baik, serta Ahli Ushul yang baik, janganlah kalian membuang percuma umur kalian.” tuturnya.
Etika Lingkungan Hidup sebagai Konsekuensi Tauhid
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Fardiana Fikria Qur’any, M. Ud
- Sumber:
- ikmalonline
Kembali pada definisi iman, bahwa iman bukan saja mengucapkan dengan lisan yaitu, bersayahadat, melainkan juga menetapkan di hati dan membuktikannya lewat perbuatan. Pembuktian keimanan lewat perbuatan dalam konteks lingkungan hidup ialah, menjaga, merawat dan melestarikan alam semesta hingga alam menemui keharmonisan dan keseimbangannya.
Prinsip dan Kriteria Kausalitas
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Fardiana Fikria Qurany
- Sumber:
- ikmalonline
Pandangan kaum esensialis masih terjebak dalam tataran konseptual. Bahwa suatu esensi hanya lingkup mental belaka, sehingga dengan mengatakan “ia mungkin menerima wujud” adalah konstruksi rasional dan bukan kenyataan. Karena dalam kenyataannya, tidak mungkin ada esensi yang justru keberadaannya masih mungkin baginya.
Konsepsi Kausalitas dan Urgensinya
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Fardiana Fikria Qurany
- Sumber:
- ikmalonline
Manusia tidak saja bernalar dengan kausalitas namun mampu mengembangkan sistem kausalitas pada tataran teoritis, sehingga mampu sampai pada keharusan akan adanya wujud mutlak sebagai sumber dari segala yang maujud. Dan konsep kausalitas nantinya tidak saja berkisar pada dunia obyektif material tapi juga dapat menjadi fondasi untuk menyingkap pola-pola metafisik sehingga dapat memberi makna yang luas akan hakikat kehidupan.