Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Filsafat & Irfan

Rumus Mencintai Tuhan dari Ibn Athaillah

Rumus Mencintai Tuhan dari Ibn Athaillah

Maka, dua cerita tadi memberikan kita gambaran bahwa jika ibadah sudah menjadi kebutuhan, konsekuensi apa pun akan diterima, yang penting dia mampu menunaikan kebutuhannya tersebut. Alangkah indahnya jika suatu ibadah sudah menjadi kebutuhan kita. Tanpa paksaan dan iming-iming apa pun, kita akan terus beribadah dan beribadah terus dengan rasa senang dan nyaman. Wallahu ‘Alam

Baca Yang lain

Apakah metode filsafat jauh lebih mengakar ketimbang metode agamis?

Apakah metode filsafat jauh lebih mengakar ketimbang metode agamis? Untuk menjawab pertanyaan ini kiranya kita perlu terlebih dahulu mendedah definsi filsafat kemudian menemukan hubungan dan benang merah antara filsafat dan agama.

Baca Yang lain

Abu Yazid, Kedalaman Cinta, dan Tanggung Jawab Sosial

Abu Yazid, Kedalaman Cinta, dan Tanggung Jawab Sosial Di saat-saat genting seperti sekarang ini, di masa pagebluk dan pandemi, ajaran cinta kasih Abu Yazid al-Busthomi dibutuhkan. Walaupun tidak dapat dikatakan secara spesifik siapa yang harus memulai lebih dahulu; pemerintah yang harus memikirkan nasib rakyat, ataukah rakyat yang harus mendukung program pemerintah; tetapi tanggung jawab itu ada di pundak bersama, dengan melangkah bersama, harmonis-sinergis. Melempar egoisme jauh-jauh.

Baca Yang lain

Bagaimana pendapat para filosof tentang salat?

Bagaimana pendapat para filosof tentang salat? Filsafat adalah sebuah ilmu yang berkaitan dengan masalah-masalah umum dan universal tentang keberadaan dan tidak memberi pandangan secara langsung terkait dengan masalah-masalah kecil tentangnya.

Baca Yang lain

Hakikat Dunia di Mata Para Sufi

Hakikat Dunia di Mata Para Sufi سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ: الإِمَامُ الْعَادِلُ …. Artinya: “Ada tujuh golongan manusia yang nanti  akan dinaungi Allah dalam naungan ‘arasy-Nya pada hari yang tiada naungan selain naungan Allah, yaitu : seorang pemimpin yang adil.” (HR. Muslim)  

Baca Yang lain

Apakah kaitan antara irfan dan pengenalan jiwa?

Apakah kaitan antara irfan dan pengenalan jiwa? Syaikh Syihabuddin Suhrawardi dalam kitab Hikmah al-Asyrâf mengungkapkan dua argumentasi atas kehadiran makrifat jiwa dan transmutasi atau perubahan pengenalannya melalui pengetahuan-pengetahuan perolehan (hushuli), dimana kesimpulan dari kedua argumentasi tersebut adalah bahwa manusia bukan hanya tidak bisa mengenali jiwanya sendiri melalui aksi dan reaksinya, bahkan juga tidak bisa melalui penjelasan manapun mengenai pemahaman akal, melainkan keberadaan setiap individu berkaitan dengan hakikat yang hanya bisa diidentifikasi dengan penyaksian irfani.

Baca Yang lain

Makna Jihad al-Nafs, Jihad Melawan Hawa Nafsu (2)

Makna Jihad al-Nafs, Jihad Melawan Hawa Nafsu (2) Terkadang Imam Ja’far Shadiq berbisik kepadanya, dan terkadang Jabir yang berbicara kepada Imam Ja’far Shadiq. Saya pun duduk di samping Imam Ja’far untuk beberapa saat, dan kemudian keluar. Jabir melihat saya, sementara saya terheran-heran. Jabir bertanya, ‘Apakah engkau hendak kembali ke Kufah?’ Saya menjawab, ‘Ya.’ Jabir berkata, ‘Pejamkan kedua matamu dan peganglah tanganku.’ Kemudian saya membuka kedua mataku, tiba-tiba saya telah berada di Kufah.”

Baca Yang lain

Makna Jihad al-Nafs, Jihad Melawan Hawa Nafsu (1)

Makna Jihad al-Nafs, Jihad Melawan Hawa Nafsu (1) Manusia mempunyai kelebihan di antara semua makhluk. Kelebihan itu ialah bahwa manusia mempunyai dua dimensi. Pertama, dimensi materi, yang di dalam filsafat dinamakan juga dengan dimensi hewani. Di dalam filsafat, jisim manusia dinamakan dengan gharizah (insting) atau raghbah (kecenderungan), sementara di dalam ilmu akhlak dan irfan Islami dinamakan dengan orientasi hewani, atau dimensi hewani manusia.

Baca Yang lain

Imam Khomeini: Perjalanan dari Nol Menuju Nol

Imam Khomeini: Perjalanan dari Nol Menuju Nol Sadar bahwa diri lemah, miskin dan bodoh merupakan titik balik pada jati diri dan hakikat manusia yang sesungguhnya. Manusia yang belum sadar tentang itu berarti belum paham tentang jati diri dan hakikat dirinya. Dia hanya ada pada kondisi merasa kuat, kaya dan pintar, tetapi apa makna sebuah perasaan?

Baca Yang lain

Potensi Manusia Menurut Filsuf Persia

Potensi Manusia Menurut Filsuf Persia “Kalau kalian menemukan kemampuan diri dan kalian merasa ada potensi untuk menjadi Ustadz yang baik, Guru yang baik, Mufasir yang baik, Hakim yang baik, Filosof yang baik, Ahli kalam yang baik, Faqih yang baik, serta Ahli Ushul yang baik, janganlah kalian membuang percuma umur kalian.” tuturnya.

Baca Yang lain

Etika Lingkungan Hidup sebagai Konsekuensi Tauhid

Etika Lingkungan Hidup sebagai Konsekuensi Tauhid Kembali pada definisi iman, bahwa iman bukan saja mengucapkan dengan lisan yaitu, bersayahadat, melainkan juga menetapkan di hati dan membuktikannya lewat perbuatan. Pembuktian keimanan lewat perbuatan dalam konteks lingkungan hidup ialah, menjaga, merawat dan melestarikan alam semesta hingga alam menemui keharmonisan dan keseimbangannya.

Baca Yang lain

Prinsip dan Kriteria Kausalitas

Prinsip dan Kriteria Kausalitas Pandangan kaum esensialis masih terjebak dalam tataran konseptual. Bahwa suatu esensi hanya lingkup mental belaka, sehingga dengan mengatakan “ia mungkin menerima wujud” adalah konstruksi rasional dan bukan kenyataan. Karena dalam kenyataannya, tidak mungkin ada esensi yang justru keberadaannya masih mungkin baginya.

Baca Yang lain

Konsepsi Kausalitas dan Urgensinya

Konsepsi Kausalitas dan Urgensinya Manusia tidak saja bernalar dengan kausalitas namun mampu mengembangkan sistem kausalitas pada tataran teoritis, sehingga mampu sampai pada keharusan akan adanya wujud mutlak sebagai sumber dari segala yang maujud. Dan konsep kausalitas nantinya tidak saja berkisar pada dunia obyektif material tapi juga dapat menjadi fondasi untuk menyingkap pola-pola metafisik sehingga dapat memberi makna yang luas akan hakikat kehidupan.

Baca Yang lain

Ideologi Islam; Perspektif Ruhaniah Masyarakat dan Sejarah

Ideologi Islam; Perspektif Ruhaniah Masyarakat dan Sejarah Di dalam Islam, Amar Makruf Nahyi Munkar sangat berurusan dengan jiwa manusia. Segala perintah dan larangan yang diatur di dalamnya tidak lain adalah jalan bagi jiwa untuk mendapatkan kestabilannya. Stabilitas jiwa didapatkan karena adanya koneksi dengan Allah SWT. Dari tiga faktor penyebab jatuh-bangunnya suatu masyarakat di dalamnya semua tergantung bagaimana kualitas jiwa suatu masyarakat tersebut dibangun. Jiwa adalah dimensi dari ruhaniyah yang ada di dalam diri manusia. Kesimpulan yang bisa kita ambil di sini, bahwa sistem masyarakat Islam dibangun berdasarkan hakikat masyarakat itu sendiri yaitu, dimensi ruhanuyahnya bukan materil atau bendawinya.

Baca Yang lain

Konsepsi Sejarah Menurut Murtadha Muthahhari

Konsepsi Sejarah Menurut Murtadha Muthahhari Kesimpulannya ialah, bahwa menurut Mtuhahhari ideologi Islam yang berasaskan tauhid, menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan memperjuangkan nilai kemanusiaan adalah sesuatu yang berdasarkan pada kekuatan ruhaniyah, non material, bukan material apalagi sampai pada basis pembagian kelas level ekonomi, bukan sama sekali.

Baca Yang lain

Argumentasi Integrasi Keilmuan Islam (Ilmuisasi Islam)

Argumentasi Integrasi Keilmuan Islam (Ilmuisasi Islam) Untuk itu, integrasi keilmuan, mesti berangkat dari suatu analisa atas struktur berpikir (epistemologi) dari setiap disiplin keilmuan. Maka di dalam rancang bangun filsafat Islam, asas epistemologisnya dalag rasional, yakni gugus konsepsi-konsepsi yang bersifat pasti (awwaliyyat-badihiyyat). Tanpa sandaran kepastian rasional maka seluruh teori pengetahuan tak akan pernah dapat diabsahkan karena tiadanya dasar yang absah. Termasuk dalam hal ini adalah agama dan spiritualitas. Agama dan spiritualitas dalam dinamika ini tidak diletakkan sebagai doktrin yang diterima kebenarannya secara subyektif, namun ia diletakkan sebagai premis-premis layak dikaji sesuai dengan bangunan epistemologi rasional.

Baca Yang lain

Filosofi Perbedaan Hukum Lelaki dan Perempuan (1)

Filosofi Perbedaan Hukum Lelaki dan Perempuan (1) Islam memiliki filosofi tersendiri terkait hak-hak lelaki dan perempuan. Islam tidak meyakini satu jenis hak, satu jenis kewajiban dan satu jenis hukuman bagi lelaki maupun perempuan dalam semua ihwal dan peristiwa. Islam memandang seperangkat hak dan kewajiban dan hukuman lebih pantas untuk lelaki dan seperangkat lain lebih pantas untuk perempuan. Karena itu, dalam beberapa hal, Islam mengambil sikap dan langkah yang sama terkait perempuan maupun lelaki, dan pada sebagian lainnya mengambil langkah dan sikap yang berbeda.

Baca Yang lain

Inilah Kekuatan Jin Yang Harus Kamu Ketahui (Part 2)

Inilah Kekuatan Jin Yang Harus Kamu Ketahui (Part 2) Dari pembahasan sebelumnya, kita telah mengenal bahwa jin mempunyai kekuatan untuk merasuki tubuh manusia dan jin dengan kekuatannya bisa memindah sesuatu yang berat dari tempat yang jauh dengan cepat. Seperti yang dilakukan oleh Ifrit di zaman kehidupan Nabi Sulaiman as.

Baca Yang lain

Inilah Kekuatan Jin Yang Harus Kamu Ketahui (Part 1)

Inilah Kekuatan Jin Yang Harus Kamu Ketahui (Part 1) Mampu masuk ke dalam sebuah badan manusia dengan mudah bahkan jin pun bisa dengan mudah untuk masuk kedalam sebuah pohon. Setelah masuk, mereka kadang akan mengganggu si pemilik tubuh. Atau bahkan jin pun mampu masuk ke bawah tanah yang mana bawah tanah merupakan tempat tinggal sebagian para jin.

Baca Yang lain

Inilah Nama Jin Yang Paling Pertama Diciptakan Allah Swt

Inilah Nama Jin Yang Paling Pertama Diciptakan Allah Swt Dari sini kita mengetahui bahwa hikmah dari penciptaan jin dan manusia adalah untuk menyembah Allah swt. Mari kita kembali ke pertanyaan sebelumnya. Siapakah jin pertama yang diciptakan oleh Allah swt. Untuk menjawab pertanyaan ini mari kita merujuk hadits dari Sayidina Ali bin Abi Thalib kwj yang mana beliau adalah seorang pintu ilmu Nabi.

Baca Yang lain