Filsafat & Irfan
Argumen Filosofis dan Teologis Tauhid Dzat Tuhan
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Abu Jausyan Mahdi
- Sumber:
- bagendaali.com
Dalam ajaran samawi, konsep tentang Tauhid keberadaan Eksistensi Tuhan Pencipta menjadi sesuatu yang sangat prinsipal dan mendasar disamping keyakinan terhadap ma’ad (eskatologi) dan nubuwwah (kenabian). Dalam tulisan ini akan disajikan paparan argumen Tauhid Dzat untuk membuktikan bahwa Eksistensi Tuhan Pencipta secara dzati adalah satu, esa, dan tunggal (Tauhid Dzat Tuhan).
Sekilas Tentang Kenabian dalam Irfan
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Syamsunar
- Sumber:
- bagendaali.com
Dalam menentukan akar kata nabi terdapat tiga kemungkinan. Pertama, nabi berasal dari kata “naba-a” yang bermakna berita atau kabar. Sebab nabi mengabarkan berita dari Tuhan dan menyampaikan kepada manusia tentang dzat, sifat, perbuatan, dan hukum-hukum-Nya.
Asma Illahi Dalam Perspektif ‘Irfan
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- http://ikmalonline.com
Nama-nama Allah (selanjutnya ditulis Asma Ilahi) adalah salah satu fondasi yang sangat penting dalam ‘irfan teori (‘irfan nazhari). Kedudukannya dalam doktrin-doktrin irfan menjadi simpul bagi doktrin wahdatul wujud, aktifitas al-Haq, dan makhluk-makhluk-Nya serta tajalli-Nya. Dalam epistemologi ‘irfan, puncak visi yang tertinggi adalah menyaksikan asma-asma Ilahi. Asma Ilahi juga menjadi fondasi bagi etika atau filsafat etika Islam. Tanpa memahami dan mengerti posisi asma Ilahi, maka filsafat etika Islam akan kehilangan status ontologi, epistemologi dan axiologinya.
Harakah Jawhariyah Dalam Perbincangan
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- (Nano Warno)
- Sumber:
- ikmalonline.com
Ada beberapa kata kunci yang menjadi elemen dari teori trasformasi substansi (harakah jawhariyah) Mulla Sadra. Kunci-kunci itu adalah hayula yang menjadi lokus (mawdhu’) dari harakah jawhariyah, Kerjasama antara akal dan indera dalam menyerap gerakan(harakah), Harakah itu berlaku untuk wujud yang paling rendah yang ingin menyempurna, Harakah bukan hanya dalam tataran kulit, luaran tapi dalam tataran substansi. Harakah adalah aktualitas yang berproses mejadi mewaktu.
Argumen Teologis dan Filosofis Pembuktian Eksistensi Tuhan
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Abu Jausyan Mahdi
- Sumber:
- bagendaali.com
Pengetahuan dan pengenalan terhadap kausa prima eksistensi senantiasa menjadi substansi tema pembahasan bagi teolog dan filosof di sepanjang sejarah. Pada sisi lain, konsepsi tentang kausa prima eksistensi serta hubungannya dengan manusia dan alam telah menjadi inti munculnya perbedaan agama dan maktab keyakinan. Oleh karena itu, bagi kaum muslimin peran pengetahuan tentang penegasan eksistensi Tuhan dan tauhid merupakan hal yang sangat prinsipal bagi mereka. Dengan kata lain, mereka berupaya mengkonstruksi dan menyempurnakan pengetahuannya tentang keberadan wujud Tuhan dan berusaha mendesain argumen yang berfungsi menguatkan kepercayaan dan keyakinan pada wujud-Nya serta menghilangkan keraguan dan skeptis terhadap-Nya.
Urgensi dan Kiat Muraqabah dalam Tasawuf
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- ikmalonline.com
Muraqabah (kewaspadaan supaya tidak hanyut dalam dosa) adalah tema pemting dalam ‘irfan amali. ‘Urafa seperti Mirza Jawad Maliki Tabrizi dan Imam as-Sayid Musawi Khomaini sangat meneknkan pentingnya muraqabah bagi salik. Tanpa muraqabah maka amalan akan sia-sia dan hampa dan seorang salik akan tercegah dari memperoleh maqam-maqam suluk. Dan taubat yang efektif dan positif harus disertai dengan muraqabah sehingga melahirkan transformasi dan bahkan revolusi spiritual bagi musafir Ilahi.
MAKSUD DARI PENYAKSIAN KALBU ATAU MUKASYAFAH
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- syiahahlilbait.com
Ini adalah sebuah topik pembahasan yang telah direfleksikan dalam surat At-Takatsur [102], ayat 5 dan 6 yang menegaskan, “Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat Jahannam.”
Jalan sufi: Jalan Cinta
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Syekh Muh.Ghazali
- Sumber:
- ikmalonline.com
Banyak cara dan jalan yang dipilih oleh orang untuk mendekati Tuhan Yang Mahakuasa. Ada yang menghampiri Allah Azza wa Jalla dengan kepintaran logika dan kedahsyatan argumentasinya. Kaum filosof bisa mewakili kelompok ini. Ada lagi yang menjamah Wajibul Wujud dengan slogan nafyu tasybih (penafian penyerupaan Tuhan dengan makhluk) dan isbat tanzih (penetapan kesucian dan kemahadigdayaan Tuhan). Kaum mutakallimin (para teolog) yang selalu waspada dan sensitif terhadap kuman dan virus syirik berada dalam barisan dan pola pikir ini.
TAK KULIHAT APAPUN SELAIN CINTA
- Dipublikasi pada
-
- Sumber:
- www.syiahahlilbait.com
“Orang arif bukanlah arif, kecuali ia tidak melihat apapun selain cinta. Sayyidah Zainab as ketika menghadapi Ubaidillah bin Ziyad di Kufah, menjawab celaan-celaan (yang terkutuk) itu dengan jawaban, ‘Dalam peristiwa Karbala aku tidak melihat sesuatu pun dari sisi Allah, kecuali keindahan dan keelokan.’”
Ilmu Logika dan Kesalahan dalam Berpikir
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Euis Daryati
- Sumber:
- disadur dari buku Ashna-I ba Ulume Islami Mantiq –Falsafeh, Syahid Muthahari
Syahid Muthahari lebih jauh menjelaskan bahwa hakikat berpikir ialah aktifitas dan perjalanan akal dari satu obyek yang belum diketahui menuju deretan premis-premis yang telah diketahui, kemudian bergerak dari premis-premis tersebut menuju obyek yang diinginkan untuk mengubahnya menjadi sebuah pengetahuan.
Ilmu Jiwa Falsafi : Persaingan jiwa hewani dan jiwa rasional
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Muhammad Al-Kautsar
- Sumber:
- ikmalonline.com
Karena alamiahnya manusia hanya membutuhkan rehat, istirahat dalam waktu-waktu tertentu saja (interval) dan tidak dalam waktu yang lama. Pengalaman yang menyenangkan nafsu perut, faraj, atau nafsu amarah, memiliki durasi yang terbatas, jika melewati batas akan berbalik menjadi negatif.
Cinta dan Isyq dalam Tasawuf
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- ust. Syamsunar
- Sumber:
- bagendaali.com
Pandangan para sufi dan urafa terhadap hakikat dan definisi cinta tidaklah satu dan sama. Sebagian dari mereka mengatakan cinta tidak terdefinisikan dan tersifatkan. Mereka berkeyakinan bahwa bahasa dan ucapan tidak memiliki kapasitas dalam menjelaskan konsepsi dan makna cinta. Anshari Qasim menukil perkataan Ibnu Arabi, Siapa yang mendefinisikan isyq (cinta yang dalam), ia tidak mengetahuinya, dan siapa yang tidak mencicipi cawan cinta, ia tidak mengetahuinya, dan siapa yang mengatakan saya telah kenyang dari cawan minuman cinta, ia tidak mengetahuinya, sebab cinta tidak akan pernah menghilangkan dahaga seseorang (Anshari Qasim, Mabani Irfan wa Tasawuf, hal 90).
Puasa Ramadhan Dalam Perspektif Tasawuf
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Syekh Muhammad Ghazali
- Sumber:
- ikmalonline.com
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwasannya Rasulullah mengatakan, “Allah berfirman: Semua amal anak turun Adam (manusia) adalah untuk dirinya sendiri, kecuali puasa, karena puasa adalah milik-Ku dan Aku akan membalasnya.
Korelasi Agama dan Filsafat Menurut Filosof
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- ust. Muhammad Adhlani
- Sumber:
- islamalternatif.com
Abu Hayyan Tauhidi, dalam kitab al-Imta’ wa al-Muânasah, berkata, “Filsafat dan syariat senantiasa bersama, sebagaimana syariat dan filsafat terus sejalan, sesuai, dan harmonis” Ahmad bin Sahl Balkhi yang dipanggil Abu Yazid, dilahirkan pada tahun 236 Hijriah di desa Syamistiyan. Ketika baligh ia berangkat ke Baghdad dan mendalami filsafat dan ilmu kalam (teologi).
Filsafat Manusia; Melacak Peran Hakiki Manusia
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Alfit Sair
- Sumber:
- bagendaali.com
Manusia adalah hewan yang berakal, begitu para filosof memaknai manusia. Dalam istilah logika, hewan adalah genus manusia yang juga dimiliki oleh hewan-hewan lain selain manusia, dan akal adalah diferensia manusia yang membedakan manusia dengan hewan-hewan lainnya. Oleh sebab itu, hewan dan akal adalah hakikat (substansi) manusia yang tidak akan terpisah dari manusia. Hal ini disebabkan sesuatu tidak akan pernah terpisah dari substansinya.
Hijab Akal dan Peran Akal
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- ust. Syamsunar
- Sumber:
- bagendaali.com
Dalam masalah keyakinan dan ideologi, menerima suatu nilai benar atau salah (keberadaan dan ketiadaan) serta baik dan buruk (keharusan dan ketidakharusan) mestilah terlebih dahulu lewat pemikiran dan penganalisaan logikal serta argumen rasional. Al-Qur’an dalam hal ini senantiasa mengajak untuk berpikir, bertadabbur, dan menjauhi taqlid buta dalam berbagai masalah akidah dan keyakinan, serta memandang sangat buruk orang-orang yang tidak menggunakan akalnya (Q.S : Yunus :100).
Sekilas tentang Insan Kamil dalam Irfan
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- ust. Syamsunar
- Sumber:
- bagendaali.com
Pengenalan terhadap hakikat manusia sejak dahulu sudah menjadi pusat perhatian ulama dan para cendekiawan dari berbagai aliran dan mazhab pemikiran serta sudah melahirkan karya-karya yang bernilai tentang bab ini. Dalam pengenalan ini manusia ditinjau dari dua sudut pandang: deskriptif dan preskripsi. Dari sudut pandang awal yang menjadi aspek tinjauan adalah esensi dan hakikat, kekhususan dan sifat-sifat aktual manusia, dan dari sudut tinjauan kedua, manusia dilihat dari segi potensi dan insaniyahnya (manusia mesti menjadi apa), dengan kata lain manusia sempurna (Insan Kamil) itu siapa ia?
Mengenal Epistemologi (2)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- ust. Muhammad Hazir Rahim
- Sumber:
- bagendaali.com
Pada saduran sebelumnya, secara singkat telah disinggung beberapa hal yang terkait dengan urgensi, definisi, pemicu, dan sejarah kajian epistemologi sejak zaman pra dan pasca Sokrates. Pada kesempatan ini[1], kita akan menyinggung perkembangan epistemologi setelah abad pencerahan
Mengenal Epistemologi (1)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- ust. Muhammad Hazir Rahim
- Sumber:
- bagendaali.com
tujuan penulisan ini adalah memperluas, memetakan dan memperkenalkan wacana juga cakrawala Epistemologi yang berkembang dalam dialektika pemikiran filsafat, terkhusus Filsafat Islam. Harapannya, tulisan ini dapat memperluas cakrawala dan dialektika kelimuan di Indonesia dan menjadi bekal bagi para pegiat filsafat dan penempuh jalan kebijaksanaan.
Irfan Teoritik Ibn ‘Arabî dalam Pandangan Mullâ Shadrâ(2)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Muhammad Nur
- Sumber:
- bagendaali.com
Setelah Ibn ‘Arabi, Mulla Shadra termasuk satu dari sekianfilsuf yang mengembangkan pemikiran ‘irfan dalam sorotan teosofi dan filsafat. Mulla Shadra akhirnya menelurkan beberapa prinsip filsafat yang cukup kaya melambari karya-karya filosofisnya. Bahkan di tangan Shadra, irfan, filsafat, dan kalam (teologi) terdapat titik pertemuan, yang demikian itu terbaca dalam sistem filsafat al-hikmah al-muta‘âliyah.